
Mantan Presiden Filipina Rodrigo Duterte telah dikirim ke Mahkamah Pidana Internasional (ICC) di Den Haag, Belanda, untuk diadili atas tuduhan kejahatan terhadap kemanusiaan dalam perang melawan narkoba. ICC menuduhnya telah mengizinkan polisi untuk membunuh tersangka narkoba tanpa proses pengadilan antara tahun 2016 dan 2022.
Pemerintah Filipina menangkap Duterte pada tanggal 11 Maret menyusul permintaan dari Interpol dan dengan cepat mengatur penerbangan untuk memindahkannya ke Belanda. Pada tanggal 14 Maret, ia menghadiri sidang pra-peradilan melalui panggilan video.
Reaksi Publik dan Kekhawatiran Pendukung
Duterte adalah salah satu presiden paling populer dalam sejarah Filipina, dengan tingkat persetujuan mencapai 91%. Bahkan setelah meninggalkan jabatannya, ia tetap didukung secara luas.
Ketika berita penangkapannya menyebar, banyak pendukungnya terlihat menangis, dan media sosial dibanjiri dengan rumor bahwa polisi dan perwira militer mengundurkan diri sebagai bentuk protes. Namun, para pejabat membantah klaim ini, dan menyatakan bahwa penegak hukum tetap setia kepada pemerintah.
Sebuah video yang viral juga menunjukkan para petugas polisi yang mengawal Duterte tampak menangis. Pihak berwenang kemudian menjelaskan bahwa hal tersebut disebabkan oleh cuaca panas dan seragam yang berat, bukan karena air mata.
Perang yang Memecah Belah terhadap Narkoba
Kampanye anti-narkoba Duterte sangat kontroversial.
- Para kritikus berpendapat bahwa banyak tersangka dibunuh tanpa pengadilan yang adil, melanggar hak asasi manusia. Filipina telah menghapuskan hukuman mati beberapa tahun yang lalu, membuat pembunuhan di luar proses peradilan menjadi ilegal.
- Para pendukungnya percaya bahwa kebijakan keras Duterte telah membantu mengurangi kejahatan, karena sistem peradilan sering kali gagal menghukum para penjahat dengan benar.
Ketakutan akan Kerusuhan Sosial
Filipina memiliki sejarah protes dan pemberontakan politik, yang membuat beberapa orang khawatir bahwa penangkapan Duterte dapat memicu demonstrasi massa.
Namun, para ahli percaya bahwa Presiden Bongbong Marcos mengambil langkah-langkah untuk mencegah protes besar. Selain itu, pendukung terkuat Duterte berada di Visayas dan Mindanao, sehingga lebih sulit untuk mengorganisir protes nasional dengan cepat.
Perjuangan Politik Keluarga Duterte
Para analis mengatakan bahwa Duterte dan keluarganya membuat beberapa kesalahan yang melemahkan kekuatan politik mereka:
- Gagal mempersiapkan pengganti yang kuat sebelum Duterte meninggalkan jabatannya
- Berselisih dengan Presiden Marcos, alih-alih membentuk aliansi
- Meremehkan lawan politik, yang menyebabkan penurunan pengaruh dengan cepat
Putri Duterte, Wakil Presiden Sara Duterte, juga menghadapi pemakzulan karena tuduhan bahwa ia mengancam akan membunuh Presiden Marcos. Hal ini memperburuk masalah politik keluarga Duterte.
Apa Selanjutnya?
Seiring dengan berjalannya persidangan ICC, kasus Duterte akan terus berdampak pada politik Filipina. Beberapa orang percaya bahwa para pendukungnya dapat memperoleh kembali pengaruhnya, sementara yang lain berpikir bahwa hal ini dapat menandai akhir dari dinasti politik Duterte. Beberapa bulan ke depan akan sangat penting dalam menentukan masa depan keluarga Duterte dan peran mereka dalam politik Filipina.