
Moody’s mengimbau Filipina untuk tetap waspada terhadap risiko pencucian uang yang terkait dengan cryptocurrency dan perjudian online. Peringatan ini disampaikan meskipun Filipina telah menunjukkan kemajuan dalam kepatuhan regulasi baru-baru ini.
Peringatan tersebut muncul setelah Komisi Eropa menghapus Filipina dari daftar “berisiko tinggi” pencucian uang. Keputusan ini meningkatkan reputasi keuangan global negara tersebut sekaligus mempermudah transaksi lintas batas.
Xiao Chen, Associate Director di Moody’s, menekankan pentingnya pengawasan berkelanjutan di sektor berisiko tinggi seperti iGaming dan aset digital. Ia memperingatkan bahwa pengawasan yang longgar dapat kembali menarik perhatian internasional.
Awal tahun ini, Financial Action Task Force (FATF) mengeluarkan Filipina dari daftar abu-abunya setelah mencatat perbaikan dalam kerangka anti pencucian uang (AML) negara tersebut.
Gubernur Bangko Sentral ng Pilipinas (BSP), Eli Remolona Jr., yang juga menjabat sebagai Ketua Anti-Money Laundering Council (AMLC), memperingatkan ancaman besar berikutnya yang mungkin muncul dari perkembangan teknologi digital. Ia menggambarkannya sebagai “perlombaan senjata” antara regulator keuangan dan pelaku kriminal yang canggih secara teknologi.
Filipina menghadapi tantangan lama terkait kepatuhan AML. Pada 2002, FATF memasukkan negara ini ke dalam daftar hitam karena kurangnya langkah perlindungan. Filipina keluar dari daftar tersebut pada 2005 setelah melakukan reformasi besar. Namun, pada 2021, FATF kembali menempatkan Filipina dalam daftar abu-abu karena 18 kekurangan regulasi yang berdampak pada arus remitansi dan menaikkan biaya transaksi.
Setelah tiga tahun reformasi terfokus, FATF menghapus Filipina dari pengawasan khusus pada 2024. Regulator lokal kini berupaya menjaga kemajuan tersebut dengan berencana mengawasi aktivitas cryptocurrency dan operasi perjudian luar negeri secara ketat, yang keduanya dianggap sebagai potensi jalur untuk pendanaan ilegal.