
Enam mantan pemain British Basketball League (BBL) menghadapi sanksi berat setelah penyelidikan mendalam terkait pengaturan skor. Investigasi ini dipimpin oleh Sports Betting Intelligence Unit (SBIU) dari UK Gambling Commission, bekerja sama dengan FIBA dan British Basketball Federation (BBF).
Penyelidikan mengungkap bahwa lima dari enam pemain tersebut merupakan anggota tim Surrey Scorchers. Mereka dinyatakan bersalah karena secara aktif memanipulasi hasil pertandingan atau tidak melaporkan praktik korupsi yang mereka ketahui. Kasus ini terjadi antara tahun 2019 hingga 2023, termasuk dugaan penerimaan uang untuk mengatur hasil pertandingan serta bertaruh pada pertandingan sendiri.
Quincy Taylor dan Charleston Dobbs dijatuhi hukuman larangan seumur hidup dari seluruh aktivitas basket di Inggris. Keduanya juga dikenai denda sebesar £3.000 (sekitar Rp81 juta) dan tidak mengajukan banding atas putusan tersebut.
Shakem Johnston dan Padiet Wang mendapatkan larangan bermain seumur hidup secara global, menunjukkan tingkat pelanggaran yang sangat serius. Joshua McFolley dikenai larangan global hingga September 2034.
Sementara itu, Dean Wallis, yang terdaftar sebagai pemain di Spanyol, juga terlibat dalam kasus ini. Ia dikenai denda £3.000 dan skorsing dari kegiatan basket, serta diwajibkan menjalani pelatihan tentang anti-korupsi dan kesadaran terhadap risiko taruhan. Karena terdaftar di Spanyol, Federasi Basket Spanyol (FEB) dan Unit Pemantauan IOC turut dilibatkan dalam proses investigasi.
Kasus ini menunjukkan adanya kerja sama internasional yang semakin erat antara lembaga olahraga dan regulator untuk melindungi integritas kompetisi. Pengaturan skor, di mana pun terjadi, kini dihadapi dengan sanksi tegas dan berdampak luas.
Sementara itu di Asia, pemerintah Hong Kong tengah mengadakan konsultasi publik selama satu bulan terkait potensi legalisasi taruhan bola basket. Ini merupakan bagian dari tinjauan menyeluruh terhadap regulasi perjudian di wilayah tersebut.