
Sejumlah klub sepak bola Brasil bersatu menolak Rancangan Undang-Undang Pengganti yang diajukan Senator Carlos Portinho pada 21 Mei 2025. RUU tersebut berupaya membatasi hak periklanan operator taruhan di dalam arena olahraga—langkah yang oleh klub-klub disebut sebagai larangan terselubung terhadap kesepakatan sponsor yang sangat penting.
Jika disahkan, undang-undang ini diperkirakan dapat menyebabkan kerugian industri olahraga sebesar R$1,6 miliar per tahun. Klub-klub kecil akan menjadi pihak paling terdampak karena sangat bergantung pada pendapatan iklan untuk menutupi biaya operasional dan program komunitas.
Klub juga memperingatkan potensi masalah hukum. Banyak kontrak sponsor stadion masih berlaku untuk tiga tahun atau lebih, dan perubahan mendadak berisiko memicu gugatan hukum.
Namun, sebuah amandemen yang diajukan Senator Romário pada 23 Mei 2025 membawa sedikit harapan. Revisi tersebut memungkinkan perjanjian iklan yang sudah ada tetap berlaku, selama mematuhi prinsip persaingan sehat dan melindungi hak pihak ketiga. Klub-klub menyambut baik amandemen ini sebagai pendekatan yang lebih seimbang.
Meski mendukung inisiatif perjudian yang bertanggung jawab, perwakilan klub menilai larangan iklan yang terlalu luas justru bisa menjadi bumerang. Mereka menyoroti pengalaman Italia, di mana pembatasan iklan perjudian yang diberlakukan pada 2018 kemudian dilonggarkan akibat dampak finansial negatif terhadap organisasi olahraga.
Brasil secara resmi meluncurkan pasar taruhan teregulasi pada Januari 2025, setelah menyetujui 71 lisensi judi daring pertama pada akhir 2024. Pasar ini masih dalam tahap awal, dan kebijakan terus disempurnakan.
Seiring berlanjutnya perdebatan, klub sepak bola mendesak para legislator untuk menemukan titik tengah—yakni kebijakan yang mempromosikan perjudian bertanggung jawab tanpa menghancurkan fondasi finansial olahraga Brasil.